US Dollar Terperosok Lagi, Mendorong Harga Minyak Bumi ke $120
"Seperti yang sudah diperkirakan, harga minyak mentah (crude oil) yang kemarin mencapai $117 akan berusaha mencapai level psikologisnya, $120 perbarrel."
Setelah dihajar isu pemangkasan suku bunga oleh The Fed 28 hari yang lalu, USD sempat menguat. Namun kini jatuh bebas lagi. Biang keladinya sekarang adalah harga minyak mentah menembus level $119, setelah melewati rekor barunya kemarin $119.
US Dollar jatuh di level rekor paling rendah yang pernah dialaminya. Sudah jadi pola dalam dunia finansial global, jika harga minyak dunia naik, indeks USD terhadap mata uang utama lainnya pasti turun. Dan sebaliknya.
Para ekonom masih berdebat, mana sebenarnya yang menjadi penyebab dan mana akibatnya. Harga minyak naik menyebabkan USD jatuh, atau USD jatuh dulu baru harga minyak naik? Yang pasti, ketika harga minyak mentah naik, perekonomian Amerika akan terpukul --- karena ketergantungannya terhadap minyak bumi di luar negaranya sangat besar -- dan ini mengakibatkan kurs internasional USD runtuh.
Level USD yang sangat rendah saat ini, terhadap mata uang utama dunia, belum pernah terjadi sepanjang sejarahnya. Inilah sejarah kekalahan terbesar Amerika di dunia keuangan global. Amerika bukan lagi negara adidaya ekonomi lagi !
Meskipun kenaikan harga minyak mentah yang meningkatkan inflasi bisa dilawan oleh bank sentral Amerika dengan meningkatkan suku bunganya (hal yang sama juga akan dilakukan oleh bank sentral Indonesia, BI), masalahnya tak bisa sesederhana itu.
Karena begitu suku bunga dinaikkan pertumbuhan ekonomi akan tertekan. Suku bunga yang naik menyebabkan kredit usaha/investasi menjadi lebih mahal. Investor akan berpikir dua kali untuk memulai atau mengembangkan skala bisnisnya.
Naiknya harga minyak bumi tentu saja memukul daya beli konsumen dan profit perusahaan. Akibatnya sangat berlawanan, untuk menaikkan profit, perusahaan akan menaikkan harga jual, sementara konsumen semakin tak berdaya membelinya. Bisnis menjadi sepi dan lesu.
Misalnya, pagi ini, pabrikan mainan anak, Mattel akan menaikkan harga produknya. Di New York, harga alkohol, minuman soda dan juga makanan ringan (snack) juga naik sekitar 25% setelah bertahan 4 tahun terakhir.
Semua analis finansial tak melihat 'sinar cerah' di langit perekonomian Amerika. Kabut rasanya makin tebal saja. Akankah Indonesia juga mengalaminya? ***
Tuesday, April 22, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment